BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pebangunan karakter pemimpin, yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan berbarengan.
Berbicara tentang proses pendidikansudah tentu tak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan sumber daya manusia yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan secara nasional dan secara institusional.
Tujuan institusional adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu lembaga pendidikan atau satuan pendidikan tertentu. Hamalik (1999:5) dari pengertian tersebut terdapat beberapa kata kunci yaitu, pertama, tujuan; suatu lembaga pendidikan atau satuan pendidikan wajib hukumnya memiliki tujuan yang hendak dicapai dan tentunya tujuan tersebut sudah disepakati terlebih dahulu, suatu lembaga tanpa tujuan yang jelas akan menimbulkan kebingungan dari setiap stakeholders, sehingga tujuan dari pendidikan merupakan pokok utama yang harus ditentukan terlebih dahulu
Kedua, lembaga pendidikan atau satuan pendidikan; lembaga merupakan suatu komunitas orang-orang yang berkompeten yang satu sama lain saling mempengaruhi dan saling membutuhkan untuk mencapai tujuan bersama, untuk mencapai tujuan tersebut tentu adanya materi yang bergerak dan yang menggerakan artinya dalam suatu lembaga pendidikan sudah barang tentu adanya pimpinan dan bawahan atau kepala dan rekan kerja yang lebih spesifik disebut kepala sekolah dan guru beserta staf.
Sebuah satuan pendidikan bisa maju atau lumpuh bergantung pada skill pemimpin dan cara kerja guru dalam melayani peserta didik, dua unsur pokok dalam pendidikan adalah kepala sekolah dan guru yang bisa memberikan warna dan menciptakan skenario pembelajaran yang mampu mengantarkan peserta didik mencapai tujuan yang mereka harapkan.
Fenomena sekarang yang muncul dari sekian banyaknya satuan pendidikan, banyak sekali guru yang dalam melaksanakan tugasnya masih jauh dari memuaskan, baik untuk peserta didik maupun untuk warga pendidikan yang lainnya, berangkat dari fenomena tersebut maka saya mencoba melakukan penelitian ilmiah yang tertuang dalam sebuah karya berjudul “Kepemimpinan Kepala Sekolah Bersifat Demokratis dalam Meningkatkan Motivasi Kinerja Guru” dimana penelitian ini saya lakukan di SMP Negeri 1 Peundeuy Kabupaten Garut
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas pada penelitian ini, maka dapat disusun menjadi pertanyaan penelitian dengan mengemukakan masalah utama, yaitu. “Apakah Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Bersifat Demokratis dapat Meningkatkan Motivasi Kinerja Guru?”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugasnya yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa. Purwanto (2007:26)
Dari pengertian di atas sekilas dapat dijabarkan bahwa seorang pemimpim harus memiliki kepribadian yang luwes seperti yang telah disampaikan oleh pakar pendidikan atau Bapak Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara, yaitu;
1. Ing ngarso asung tulodo,
2. Ing madyo mangun karso, dan
3. Ing (tut) wuri andayani
Sejalan dengan itu, pemimpin juga memiliki sifat memberikan ketenangan kepada bawahannya, sehingga semua bawahan merasa tenang, nyaman dan merasa tidak diberi beban dalam bekerja yang pada akhirnya sebuah pekerjaan menjadikan sebuah kebutuhan dalam hidupnya
B. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah pimpinan tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap keberhasilan dan kemajuan sekolah dan kemajuan pendidikan.
Kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua siswa, dan pihak lain yang terkait, untuk bekerja atau berperan serta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Singkatnya, bagaimana cara kepala sekolah untuk “membuat” orang lain bekerja untuk mencapai tujuan sekolah.
Dari paparan di atas dapat disingkronkan dengan apa yang disampaikan oleh Purwanto (2007:101) bahwa kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang sangat penting—kalau dapat dikatakan terpenting. Dikatakan sangat penting karena lebih dekat dan langsung berhubungan dengan pelaksanaan program pendidikan tiap-tiap sekolah.
Jadi dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah sebuah strategi seseorang (kepala sekolah) dalam bekerja dengan menggunakan vasilitas sebagai administrator dan supervisor untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
C. Sifat-Sifat Kepemimpinan
Setiap orang yang diangkat menjadi pemimpin didasarkan atas kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dari pada orang yang dipimpin. Masing-masing orang memiliki kelebihan disamping kekurangan-kekurangannya. Dalam keadaan tertentu dan pada waktu tertentu kelebihan-kelebihan itu dapat dipergunakan untuk bertindak sebagai pemimpin, akan tetapi, tidak semua orang dapat menggunakan kelebihannya itu untuk memimpin.
Untuk menjadi pemimpin diperlukan adanya syarat-syarat tertentu. Dan syarat-syarat serta sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin berbeda-beda menurut golongan dan fungsi jabatan yang dipegangnya.
Abdurrachman dalam purwanto (2007:53) menyimpulkan macam-macam sifat kepemimpinan menjadi lima sifat pokok yang disebutnya pancasifat, yaitu:
1. Adil
2. Suka melindungi
3. Penuh inisiatif
4. Penuh daya penarik
5. Penuh kepercayaan pada diri sendiri
Dari kesimpulan di atas dapat dipaparkan lebih jauh, dimana pemimpin itu tidak cukup berhenti sampai pada pancasifat, tetapi masih banyak lagi hal yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin dan merupakan penjabaran dari pancasifat tersebut, diantaranya:
1. Rendah hati dan sederhana
Seorang pemimpin pendidikan hendaknya jangan mempunyai sikap sombong atau merasa lebih mengetahui dari pada yang lain. Ia hendak lebih banyak mendengarkan dan bertanya dari pada berkata dan menyuruh. Kelebihan pengetahuan dan kelebihan kesanggupan yang dimilikinya hendaknya dipergunakan untuk membantu yang lain atau anak buahnya. Bukan untuk dipamerkan dan dijadikan kebanggaan.
2. Bersifat suka menolong
Seorang pemimpin handaknya selalu bersedia untuk mendengarkan kesulitan-kesulitan yang disampaikan oleh anggota-anggotanya meskipun ia mungkin tidak akan dapat menolongnya
3. Sabar dan memiliki kestabilan emosi
Sifat tak sabar pada pemimpin akan kehilangan ketengan bekerja. Anggota-anggotanya akan tertekan jiwanya, sehingga hal ini tentu akan mempengaruhi/mengurangi daya dan hasil kerja mereka.
4. Percaya pada diri sendiri
Mulailah dengan menaruh kepercayaan kepada orang lain karena dengan menaruh kepercayaan tersebut merupakan bukti bahwa pemimpin memiliki sifat percaya pada diri sendiri, sehingga dimana pun ia berada akan menjadi sosok idola dan tumpuan semua anggota-anggotanya.
5. Jujur, adil, dan dapat dipercaya
Sikap percaya pada diri sendiri pada anggota-anggota kelompok dapat timbul karena adanya kepercayaan mereka terhadap pimpinannya. Karena mereka menaruh kepercayaan kepada pimpinannya, mereka akan menjalankan semua kewajiban dengan rasa patuh dan bertanggungjawab. Untuk menimbulkan sikap patuh yang demikian, pemimpin juga harus patuh pada diri sendiri: menepati janji, tidak lekas mengubah haluan, hati-hati dalam mengambil putusan dan teliti dalam melaksanakannya, berani mengakui kesalahan, dan kekurangan sendiri, dan sebagainya.
6. Keahlian dalam jabatan
Syarat lain menjadi pemimpin adalah memiliki keahlian dalam jabatan memimpin, tanpa keahlian tak mungkin menjadi pemimpin. Akan tetapi, janganlah pula diartikan bahwa dengan keahlian “keahlian jabatan saja” sudah tentu kita dapatmenjadi pemimpin
D. Sifat Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, malinkan sebagai pemimpin yang berada ditengah-tengah anggota kelompoknya. Hubungan dengan anggota-anggota kelompok bukan sebagai majikan terhadap buruhnya, atau sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang pemimpin yang demokratis selalu mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari kelompoknya. Juga kritik-kritik yang membangun dari pada anggota diterimanya sebagai umpan balik dan dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya.
Ia mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan menaruh kepercayaan pula pada anggota-anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggungjawab. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Ia senantiasa berusaha membangaun semangat anggota-anggota kelompoknya dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya. Di samping itu ia juga memberikan kesempatan bagi timbulnya kecakapan memimpin pada anggota-anggota kelompoknya dengan jalan mendelegasikan sebagai kekuasaan dan tanggung jawab
Tipe demokratis merupakan tipe kepemimpinan yang paling ideal, dan dianggap paling baik terutama untuk kepemimpinan dalam pendidikan. Purwanto (2007:52), dari pengertian tersebut jelas bahwa pemimpin sekolah yang ideal adalah pemimpin yang memiliki sifat demokratis, karena lingkungan sekolah adalah lingkungan akademis yang heterogen dengan dihadapkan pada karakter kinerja guru yang bervariatif dan dengan itu diperlukan sekali pemimpin yang demokratis dengan sifat-sifat sebagai berikut:
1. Dalam menggerakan bawahan bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu makhluk yang termulia di dunia
2. Selalu berusaha untuk menyingkronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dari tujuan pribadi bawahan
3. Senang menerima saran, pendpat, dan kritik dari bawahan.
4. Mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan
5. Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan, dan membimbingnya.
6. Mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses dari pada dirinya
7. Selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
E. Motivasi
Menurut Mc. Donald (Hamalik, 2004:159), motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction.
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan (sikap) untuk mencapai tujuan.
Antara kebutuhan – motivasi – perbuatan atau kelakuan (sikap) - tujuan dan kepuasan terdapat hubungan erat. Timbulnya motivasi karena adanya suatu kebutuhan tertentu dan oleh karena itu perbuatan atau kelakuan (sikap) diarahkan pada pencapaian tujuan. Jika tujuan yang diingikan tercapai akan memuaskan seseorang.
Motivasi dibagi menjadi dua jenis: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrisik (Hamalik, 2004:162).
Motivasi intrinsik: motivasi yang tercakup dalam situasi belajar karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan, Motivasi ini timbul dari dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil dan lain-lain. Pujian, hadiah atau yang sejenisnya tidak diperlukan
Motivasi ekstrinsik: timbul karena ada faktor dari luar situasi belajar; seperti ingin mendapatkan hadiah, kredit, ijazah (persaingan positif) dan ada dengan sarcasm (sindiran tajam), redicule (ejekan), hukuman (persaingan negatif).
Motivasi yang muncul dari dalam diri pribadi/individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar.
Cara menggerakkan motivasi belajar siswa (Hamalik, 2004:166-167): memberi angka pada setiap tugas siswa yang disetor, pujian, hadiah, kerja kelompok, persaingan, tujuan dan level of aspiration (motivasi dari keluarga), sarkasme (sindiran tajam), penilaian secara kontinu, karyawisata untuk mendapatkan pengalaman langsung dan menarik minat siswa, film pendidikan maupun belajar melalui radio.
BAB III
LAPORAN HASIL OBSERVASI LAPANGAN
KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS
DI SMP NEGERI 1 PEUNDEUY
Tabel 3.1
Operasionalisasi Observasi Lapangan
KOMPONEN 1 : KEPRIBADIAN DAN SOSIAL
No
|
Kriteria
|
Bukti
|
1.1.
|
Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah
|
· Beribadah tepat waktu.
· Mengembangkan budaya
|
1.2.
|
Melaksanakan tupoksi sebagai kepala sekolah dengan penuh kejujuran, ketulusan, komitmen, dan integritas.
|
· Terbuka dalam segala hal kepada semua komunitas di sekolah terutama terhadap Guru, TU, dan Penjaga Sekolah.
|
1.3.
|
Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah.
|
· Dibuat struktur tugas pokok dan fungsi dengan selalu mengawasinya dalam setiap waktu.
|
1.4.
|
Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dan tantangan sebagai kepala sekolah.
|
· Mengutamakan komunikasi sebagai alat efektif dalam menghadapi masalah
|
1.5.
|
Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
|
· Melaksanakan kerja bakti dalam pembuatan senderan saluran air.
|
1.6.
|
Tanggap dan peduli terhadap kepentingan orang atau kelompok lain.
|
· Melaksanakan kunjungan kepada warga yang mendapat musibah
|
KOMPONEN 2 : KEPEMIMPINAN
No
|
Kriteria
|
Bukti
|
2.1
|
Bertindak sesuai dengan visi dan misi sekolah.
|
· Menciptakan visi dan misi sekolah sebagai pedoman langkah kedinasan.
|
2.2
|
Merumuskan tujuan yang menantang diri sendiri dan orang lain untuk mencapai standar yang tinggi.
|
· Membuat target tertentu dalam setiap program kegiatan.
|
2.3
|
Mengembangkan sekolah menuju organisasi pembelajar (learning organization).
|
· Mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan teknologi informatika.
|
2.4
|
Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran.
|
· Tidak terjadi kenakalan siswa, sehingga iklim sekolah kondusif.
|
2.5
|
Memegang teguh tujuan sekolah dengan menjadi contoh dan bertindak sebagai pemimpin pembelajaran.
|
· Sebagai pengawal pencapaian dan tercapainya tujuan dibuatkan tata tertib.
|
2.6
|
Membangun rasa saling percaya dan memfasilitasi kerjasama dalam rangka untuk menciptakan kolaborasi yang kuat diantara warga sekolah.
|
· Sering bertukar fikiran, dan pengalaman (sharing) dengan sesama warga sekolah.
|
2.7
|
Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
|
· Disiplin dalam waktu kedinasan, mulai pagi, siang, dan sore hari.
|
2.8
|
Mengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah
|
· Penyusunan KTSP secara bersama – sama dengan warga sekolah setiap tahun sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah.
|
2.10
|
Mengelola peserta didik dalam rangka pengembangan kapasitasnya secara optimal.
|
· Upaya proses PBM dilaksanakan secara efektif
|
KOMPONEN 3 : PENGEMBANGAN SEKOLAH
No
|
Kriteria
|
Bukti
|
3.1
|
Menyusun rencana pengembangan sekolah jangka panjang, menengah, dan pendek dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah.
|
· Membuat RPS / RKAS yang disesuaikan dengan daya dukung yang ada.
|
3.2
|
Mengembangkan struktur organisasi sekolah yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan.
|
· Membuat stuktur pembagian tugas yang jelas sesuai kebutuhan.
|
3.3
|
Melaksanakan pengembangan sekolah sesuai dengan rencana jangka panjang, menengah, dan jangka pendek sekolah menuju tercapainya visi, misi, dan tujuan sekolah
|
· Membuat rencana jangka panjang, menengah, dan jangka pendek dan selalu mengevaluasinya.
|
3.4
|
Mewujudkan peningkatan kinerja sekolah yang signifikan sesuai dengan visi, misi, tujuan sekolah dan standard nasional pendidikan.
|
· Merancang, visi, misi sekolah dengan mengacu pada tujuan tahun 2014 menjadi SSN.
|
3.5
|
Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat.
|
· Evaluasi pelaksanaan proses KBM tiap bulan dan tiap semester.
|
3.6
|
Merencanakan dan menindaklanjuti hasil monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
|
· Menindaklanjuti hasil evaluasi dengan memberikan reward dan Funishman.
|
3.7
|
Melaksanakan penelitian tindakan sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja sekolah.
|
· Membuat PTS (Penelitian Tindakan Sekolah)
|
KOMPONEN 4 : MANAJEMEN SUMBER DAYA
No
|
Kriteria
|
Bukti
|
4.1
|
Mengelola dan mendayagunakan pendidik dan tenaga kependidikan secara optimal
|
· Memberi tugas kepada tenaga pendidik dan kependidikan sesuai dengan potensi dan kompetensi yang dimilikinya.
|
4.2
|
Mengelola dan mendayagunakan sarana dan prasarana sekolah secara optimal demi kepentingan pembelajaran.
|
· Mengatur dan menata sarana dan prasarana yang ada secara optimal.
|
4.3
|
Mengelola keuangan sekolah sesuai prinsip efisiensi, transparansi dan akuntabilitas.
|
· Menggunakan dana dan keuangan yang ada sesuai dengan program yang telah ditetapkan bersama.
|
4.4
|
Mengelola lingkungan sekolah yang menjamin keamanan, keselamatan dan kesehatan
|
· Membuat pagar batas sekolah.
|
4.5
|
Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah
|
· Mengoptimalkan mekanisme tata kerja yang efektif.
|
4.6
|
Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.
|
· Mengoptimalkan musyawarah dalam pengambilan keputusan.
|
4.7
|
Mengelola layanan-layanan khusus sekolah yang mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah.
|
· Memaksimalkan tugas khusus layanan pada fungsi wali kelas dan guru BP.
|
4.8
|
Memanfaatkaan teknologi secara efektif dalam kegiatan pembelajaran dan manajemen sekolah
|
· Memacu semua warga sekolah agar mampu menguasai teknologi.
|
BAB IV
PEMBAHASAN
LAPORAN HASIL OBSERVASI LAPANGAN
KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS
DI SMP NEGERI 1 PEUNDEUY
Berdasarkan tabel 3.1 operasionalisasi observasi lapangan yang dilakukan di SMP Negeri 1 Peundeuy dengan menggunakan empat komponen yang terdiri dari komponen kepribadian dan sosial, komponen kepemimpinan, komponen pengembangan sekolah, dan kompnen manajemen sumberdaya dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Komponen Kepribadian dan Sosial
Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah, dengan sikap ini maka terciptalah lingkungan sekolah yang berpalsapah pada S3 (senyum, Salam dan Sapa) sehingga menimbulkan keharmonisan guru dengan guru, guru dengan pimpinan dan guru dengan siswa yang semuanya berakibat betah dan nyaman jika berada di lingkungan sekolah.
Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Sikap inilah yang menyebabkan semua warga sekolah menjadi ikut terbuka baik masalah sekolah maupun masalah-masalah lain yang berhubungan dengan dengan kemajuan pendidikan di lingkungan SMP Negeri 1 Peundeuy. Dengan sikap terbuka juga menyebabkan sekolah menjadi rumah kedua bagi semua warga sekolah khususnya guru, sehingga meningkatnya motivasi kinerja guru yang ditunjukan dengan
1. Minimnya guru yang membolos atau mangkir dari kerja yang telah dijadwalkan
2. Tingkat partisifasi guru demi kemajuan pendidikan khususnya kemajuan tempat bekerja lebih meningkat dengan terbuktinya dalam setiap kegiatan semua guru ikut terlibat
3. Nilai akreditasi sekolah tahun pelajaran 2011-2012 adalah 80 dengan predikat B, yang merupakan nilai sangat baik untuk sekolah di level daerah yang memiliki keterbatasan sarana prasarana
4. Prestasi belajar peserta didik yang mampu bertahan dengan jumlah kelulusan 100% tiap tahun
Masih dari komponen pertama terdapat tanggap dan peduli terhadap kepentingan orang atau kelompok lain, artinya konsolidasi, koordinasi dan kolaborasi pendidikan tidak hanya dalam lingkup sekolah tetapi terjalin secara ekstern juga dan berakibat meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap guru yang ada di sekolah tersebut. Dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap guru, maka guru lebih hati-hati dalam mengajar dikarenakan tidak mau mengecewakan orang tua muris dan masyarakat sebagai pemerhati dan penikmat pendidikan.
B. Komponen Kepemimpinan
Bertindak sesuai dengan visi dan misi sekolah, merupakan pegangan yang paling utama bagi kepala sekolah yang demokratis, karena dengan berpegang kepada visi dan misi sekolah yang telah disepakati sebelumnya, maka tujuan sekolah lebih tergambar dan tersusun rapi, sehingga guru ikut meniru dan mencontoh apa yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam berjuang mewujudkan visi dan misi sekolah tersebut.
Perjuangan guru dalam mewujudkan visi dan misi sekolah diawali dengan diberikannya contoh oleh kepala sekolah dan berakibat kepada
1. Semua guru bertindak sesuai dengan kode etik guru baik secara nasional maupun kesepakan di lingkungan sekolah
2. Semua guru kompak dalam satu ikatan visi dan satu tujuan dengan misi mencerdaskan kehidupan bangsa dengan slogan “satu hari bolos, semua anak bolos”
3. Semua guru bertindak sebagai rekan kerja, karena sudah terciptanya kerja sama dan sama-sama kerja saling bahu membahu dan tolong menolong demi kemajuan pendidikan
Masih dari segi kepemimpinan, seorang pemimpin harus Membangun rasa saling percaya dan memfasilitasi kerjasama dalam rangka untuk menciptakan kolaborasi yang kuat diantara warga sekolah. Sikap ini menimbulkan efek yang baik sekali terutama dalam pembelajaran, karena terciptanya suasana harmonis anata guru dan kepala sekolah, dimana guru tidak canggung lagi dalam bertanya masalah peningkatan mutu pembelajaran khususnya dalam proses belajar mengajar.
C. Komponen Pengembangan Sekolah
Melaksanakan pengembangan sekolah sesuai dengan rencana jangka panjang, menengah, dan jangka pendek sekolah menuju tercapainya visi, misi, dan tujuan sekolah, pengembangan sekolah tidak hanya dilakukan dalam bentuk infrastruktur saja tetapi pengembangan dalam bentuk akademis yaitu dengan diadakannya beasiswa yaitu berupa sumbangan pendidikan sebesar 30% dari biaya perkuliahan bagi guru yang melajutkan sekolah dengan batasan IPK jangan kurang dari 3,00, dan ini berakibat kompitisi yang sehat dari bidang pendidikan, sehingga tercatat sampai Maret 2013 sudah terdapat 3 orang guru yang sudah berpendidikan S2 dan terdapat 4 orang guru yang sedang melajutkan ke jenjang S2.
Tentunya dibalik reword terdapat funishmen yang harus menjadi perhatian khusus bagi guru, yaitu berupa teguran ringan, penundaan usulan naik golongan, surat pernyataan dan pemecatan tidak hormat bagi guru yang tidak memperhatikan dan guru yang tidak berpacu pada visi dan misi sekolah.
D. Komponen Manajemen Sumberdaya
Dalam hal ini terdapat tiga komponen penting berupa a) mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun administrasi, b) melibatkan proses diagnosa dan proses tindakan untuk menindak lanjuti diagnosa c) memerlukan partisifasi semua pihak: kepala sekolah, guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pakar.
SMP Negeri 1 Peundeuy dengan kepemimpinan demokratis menggiring semuanya menjadi warga yang kompak dalam satu kesatuan yang diwadahi oleh visi dan misi demi mencapai tujuan pendidikan yang telah disepakati, bukti nyata kepemimpinan demokratis yaitu pengalokasian dana yang dialokasikan untuk pengembangan pendidik tenaga kependidikan
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil analisis yang menyebutkan bahwa kenirja guru sangat erat kaitannya dengan skill dan gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam memimpin satuan pendidikan sudah terjawab dengan jelas dan nyata bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah Bersifat Demokratis dapat Meningkatkan Motivasi Kinerja Guru
B. Rekomendasi
Dari hasil kesimpulan di atas, tampak bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang bersifat demokratis dapat meningkatkan motivasi kinerja guru. Berkaitan dengan hal ini, peneliti menyarankan sebagai berikut:
1. Diharapkan kepala sekolah selalu bersikap demokratis guna meningkatkan motivasi kinerja guru.
2. Kepada lembaga pendidikan yang lain hendaknya mempelajari dan lebih memperdalam sikap demokratis dalam memimpin, karena dengan demoratis semua aspirasi rekan kerja dapat tercover, sehingga kemajuan bersama bisa tercipta sesuai visi dan misi yang telah disepakati.
Demikianlah hasil penelitian ini yang disajikan dalam bentuk laporan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya serta bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, (1989). Prosedur Penelitian, Jakarta; Rineka Cipta.
Danim, Sudarwan, (2002). Inovasi Pendidikan. Bandung. Pustaka Setia.
Departemen Pendidikan Nasional. (2000). Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta: direktorat SLTP
_______________, (2000). Manajemen Sekolah. Direktorat Pendidikan Nasional.
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Purwanto, Ngalim, (2007). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung; Remaja Rosdakarya.