DEPI KAROM, S.Pd.
Keunggulan teknologi informasi
yang diperankan oleh Internet dalam menyediakan informasi apa saja, yang
ditayangkan secara multimedia, telah membawa perubahan dalam budaya belajar
khususnya dalam Proses Belajar Mengajar (PBM). Saat ini, hanya lembaga
pendidikan (berbagai negara, telah menyelenggarakan pendidikan jarak jauh
dengan menggunakan bantuan teknologi informasi), pendidikan seperti ini
dinamakan sebagai e-Education, e-Learning, e-Campus, Tele-Education,
Cyber-Campus, Virtual University, dan sebagainya. yang juga dilengkapi dengan
digital library termasuk diantaranya e-Book.
Yang perlu diperhatikan sejak
awal adalah bahwa penggunaan teknologi informasi tidak sama dengan otomatisasi.
Teknologi informasi tidak hanya memecahkan masalah dengan menggantikan
pekerjaan yang selama ini dilakukan dengan manual menjadi berbantuan teknologi.
Jika paradigma berpikir itu yang digunakan, maka pemanfaatan teknologi
informasi tidak akan membawa perubahan yang cukup signifikan. Pemahaman
terhadap peran yang dapat dimainkan oleh teknologi informasi atau potensi yang
ditawarkan oleh teknologi informasi merupakan modal awal dalam berpikir
induktif. Dengan demikian, teknologi informasi dapat dieksploitasi untuk
mendapatkan manfaat yang maksimal.
Salah satu contoh penggunaan teknologi informasi
dalam model pembelajaran dan pendidikan adalah e-Learning. Hadirnya e-Learning
dengan semua variasi tingkatannya telah memfasilitasi perubahan ini. Secara
umum, e-Learning dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang disampaikan
melalui semua media elektronik seperti: Internet, intranet, extranet, satelit,
audio/video tape, TV interaktif, dan CD ROM. Secara umum, kemunculan e-Learning
dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua:
komplementer(pelengkap) dan substitusi(pengganti), yang pertama mengandaikan
cara pembelajaran dengan pertemuan tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah
dengan model interaksi berbantuan teknologi, sedang yang kedua sebagian besar
proses pembelajaran dilakukan berbantuan teknologi. E-Learning dapat
difasilitasi secara online maupun offline tetapi berbantuan teknologi.
Keberhasilan pemanfaatan
e-Learning environment yang terintegrasi tidak lepas dari berbagai aspek
seperti tools teknologi informasi yang digunakan, desain content, metode serta
perilaku belajar-mengajar mahasiswa maupun dosen dan lain-lain. Persoalan utama
yang sering dihadapi oleh setiap universitas pada saat akan mengembangkan
e-Learning adalah keterbatasan bandwidth serta biaya operasional yang sangat
tinggi, sehingga sampai hari ini hanya beberapa universitas besar saja di dunia
yang mampu mengimplementasikan secara maksimal.
Mungkin saja diera selanjutnya
proses pembelajaran yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas
seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana
tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas.
Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber classroom” sebagai
tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun
kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive learning” melalui
komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan
aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk
memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan
kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga
anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai
dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih
fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan
peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam
dimensi waktu maupun ruang dan materi serta guru bertindak sebagai fasilitator
pembelajaran sesuai dengan peran-peran yang dibutuhkan. Sesuai gambaran
tersebut secara ilustratif disebutkan mungkin di masa-masa mendatang isi tas
anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan
tetapi berupa notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan
materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau
didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara.
Meskipun teknologi informasi
komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang
proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain
masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang
anak-anak lebih bergairah dengan bermain internetnya itu sendiri dibandingkan
dengan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu
bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari
aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari
internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis
terhadap informasi yang diperoleh.
Narnpaknya model pendidikan
e-Education ini, akan sangat diandalkan pada saat ini dan dimasa mendatang.
Model e-Education dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk dapat
menjawab tantangan perkembangan teknologi informasi, khususnya dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Model yang dikembangkan dapat saja berbentuk off-line,
real time, dan online, yang bersifat non-interactive, semi interactive, atau
fullly interactive. Penerapan e-Education perlu difokuskan pada learning and
teaching process, berarti bahwa model yang diciptakan juga harus berbentuk
e-Learning dan e-Teaching dan implementasinya memerlukan suatu software.
Dan untuk mengurangi kejenuhan
sistem pembelajaran yang monoton yang dapat menyebabkan siswa jenuh, maka
dibuatlah sistem pembelajaran yang menyenangkan, “edutainment”, yaitu perpaduan
antara education (pendidikan) dan entertainment (hiburan). Sebuah proses
pembelajaran yang didesain sedemikian rupa sehingga muatan pendidikan dan
hiburan dapat dikombinasikan dengan harmonis. Sebuah proses pembelajaran yang
interaktif yang memberikan ruang kepada siswa untuk mengalami, rnencoba,
merasakan, dan menemukan sendiri. Di masa depan, proses belajar akan semakin
mandiri, diarahkan sendiri dan dipenuhi sendiri. Ini berarti siswa perlu
diberikan cukup ruang untuk mengeksplorasi, bereksperimen dan mengajari dirinya
sendiri. Model pendidikan tradisional yang serius diganti dengan belajar
mandiri, berdasarkan prinsip-prinsip ilmu kognitif modern. Dengan model ini
kecintaan belajar secara alami akan tumbuh dalam diri setiap orang. Semangat
otodidak dapat berkembang subur. Setiap individu memiliki gaya belajar dan gaya
bekerja yang unik, maka sekolah semestinya dapat melayani setiap gaya belajar
individu. Sebagian orang lebih mudah belajar secara visual: melihat gambar dan
diagram, sebagian lain secara auditorial; suka mendengarkan. Beberapa orang
berorentasi pada teks tercetak; membaca buku, yang lainnya adalah kelompok
interaktif; berinteraksi dengan orang lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar