Handphone (Hp)/mobile phone/telepon selular sebagai
salah satu produk alat telekomunikasi terkini di tengah laju globalisasi
teknologi komunikasi dan informasi memiliki fenomena tersendiri bagi dunia
pendidikan khusunya bagi pelajar dan mahasiswa. Kehadirannya yang menawarkan
kecanggihan untuk dapat mengakses segala informasi lintas dunia dengan sangat
cepat, mudah dan murah sering dijadikan kambing hitam merosotnya moral/budi
pekerti bangsa. Hal ini mungkin benar adanya, akan tetapi tentu tidak
sepenuhnya benar jika ada anggapan/persepsi bahwa kehadiran telepon selular
bagi pelajar dan mahasiswa lebih membawa dampak negatif dari pada positif.
- Sisi Positive dan Negative Telepon Selular bagi Pelajar
Disadari atau tidak memang segala sesuatu di dunia ini
selalu hadir dalam dua sisi (positif dan negatif), tak terkecuali telepon
selular, tinggal bagaimana kita mengelola agar sisi positif berperan lebih
dominan dibanding sisi negatifnya. Kiranya kita sepakat bahwa kecepatan dan
ketepatan akses komunikasi tentulah merupakan hal yang sangat positif bagi para
pelajar dan siapa saja yang hidup di jaman ini. Mari kita kilas balik ke masa
15 tahun lalu ketika teknologi belum semaju sekarang. Saat itu telegram
merupakan pilihan favorit untuk dengan cepat dapat mengirim/menerima pesan
penting secara tertulis. Sekarang untuk melakukan hal itu cukup dengan sms.
Saat itu untuk dapat menggali informasi lintas dunia kita harus pergi ke warnet
yang sudah barang tentu sulit dijumpai di pedesaan. Sekarang cukup dengan
telepon selular kitapun dapat mengakses informasi melalui internet.
Di samping hal positif seperti tersebut di atas,
kehadiran telepon selular juga mengandung konsekwensi logis dengan berbagai
dampak negatifnya. Bagi pelajar, pemanfaatan telepon selular tanpa terkendali
berpotensi mencetak generasi pemalas dan berkepribadian menyimpang. Bagaimana
tidak? Pengguna telepon selular selaku konsumen kini telah sedemikian
dimanjakan oleh segudang fasilitas mudah dan murah yang ditawarkan produsen
untuk dapat mengakses informasi global tanpa batas, sehingga siswa yang nota
bene belum cukup memiliki perisai atau bekal mental yang memadai cenderung
lebih suka melihat, membaca bahkan mengambil sajian yang terlalu vulgar yang
bertentangan dengan nilai budaya dan ajaran agama semacam foto dan video
seronok/porno yang terdapat di internet. Hal inilah yang sering dijadikan
alasan keprihatinan akan maraknya penggunaan ponsel yang kini menjadi salah
satu trend kehidupan modern.
- Memanfaatkan Ponsel Sebagai Media Pendukung Pembelajaran
Tidak pas kiranya jika sekolah mengambil jalan pintas
membuat aturan melarang siswa membawa ponsel ke sekolah sementara sekolah
senantiasa dituntut mengikuti laju perkembangan teknologi komunikasi dan
informasi. Yang perlu sekolah lakukan berkenaan dengan trend ini adalah
mengelola bagaimana memetik sisi positif dengan memberdayakan ponsel siswa
sebagai media pendukung pembelajaran. Misalnya, sekolah mestinya memiliki website
resmi (jika memungkinkan) atau setidaknya Blog yang dikelola dengan
baik yang di dalamnya disediakan link ke situs-situs lain yang memuat informasi
edukatif dan dapat diakses melalui ponsel siswa. Setiap guru di sekolah
tersebut diminta berperan sebagai kontributor dengan menyusun resume bahan ajar
yang akan dan atau telah dibahas di ruang kelas, syukur jika para guru tersebut
mampu membuat bahan ajar dalam bentuk media interaktif untuk di upload dan
dapat di-download oleh siswa. Selain guru, siswa juga diminta berkontribusi
untuk memanfaatkan situs sekolah sebagai wahana untuk berkreasi (misal
penulisan pantun/puisi, cerpen, resep makanan, dsb), mengungkapkan pendapat,
atau sekedar mejeng dengan menampilkan foto-foto terbaik mereka.
Mengantisipasi penyalahgunaan ponsel pelajar di
sekolah tentu sekolah harus secara periodik melakukan pembinaan dan
pemantauan(dapat dilakukan melalui rasia). Jika ditemukan penyimpangan dari
penggunaan ponsel tersebut, siswa bersangkutan dapat diberi sanksi sesuai kadar
penyimpangannya. Jika kadar penyimpangannya parah (misal berbau kriminal atau
porno vulgar) dapat diberi sanksi dikeluarkan dari sekolah.
APAKAH HANDPHONE HARUS DILANG DIBAWA SISWA KE SEKOLAH?
Alat komunikasi HP pada saat ini sudah bukan merupakan
barang mewah, dan hampir sebagaian besar masyarakat memilikinya baik di
lingkungan sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal. Keberadaan alat
tersebut dapat dirasakan manfaatnya untuk menjalin komunikasi antar teman
bahkan antar siswa dengan guru atau sebaliknya.
Di lingkungan masyarakat benda tersebut bukan barang
eksklusif atau sesuatu yang biasa, ketika ada larangan untuk membawa Hp ke
sekolah, menjadi sesuatu yang ganjil, karena usia siswa pelajar di jenjang
pendidikan misalnya siswa SMA merupakan masa kritis yang mampu membawa anak
kepada sikap negatif terhadap diri dan lingkungannya (juga terhadap produk
teknologi), dan masyarakat sudah bisa menerima kehadiran teknologi tersebut.
Larangan seperti ini patut dipertanyakan, karena pada mula Hp diciptakan untuk
membantu memperlancar komunikasi antar kita. Tujuan yang bisa menyusutkan jarak
dan bahkan dengan teknologi visual, komunikan bisa saling bersitatap pandangan
wajah meski berada di benua yang berbeda. Apakah kita akan selalu surut
terhadap sesuatu produk karena ada dampak negatif mengiringinya? Tentu tidak!
Kita bisa menelusuri penyebab terjadinya dampak dan terus mengembangkan dampak
positif dari produk teknologi komunikasi. Bahkan di tengah gencarnya berbagai
produk teknologi pada saat ini dunia persekolahan harus menyadari untuk kian
mengakrabinya dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi pembelajaran di
sekolah sehingga memberikan energi kreatif yang mampu meningkatkan dan
mengembangkan motivasi belajar siswa.
Hal yang kurang diperhatikan dalam etika penggunaan Hp
merupakan hal yang paling krusial untuk dijadikan fokus penggunaan Hp di
sekolah. Pemahaman etika pemanfaatan teknologi HP sehingga mampu memberikan
pembelajaran terhadap kegunaan produk teknologi yang diciptakan untuk
mensejahterakan manusia.
Kecelakaan paling besar dalam dunia pendikan kita tak
dapat dihapus begitu saja dari ingatan. Adanya kasus SMS guru kepada siswanya
yang tengah mengikuti ujian nasional. Kecerobohan guru dalam memanfaatkan
teknologi untuk membantu siswa secara tidak benar. Bahkan dalam peristiwa
tersebut guru sempat memukuli siswa hingga babak belur karena sms siswa
bersangkutan yang berisi hujatan karena tak kebagian kunci jawaban nyasar pada
nomor Hp guru yang bertindak sebagai distributor kunci jawaban UAN.
Mengenaskan! Tidak adakah cara yang arif dan kreatifitas guru untuk
memanipulasi Hp sebagai media pembelajaran di dalam kelas, untuk membuat
pembelajaran yang menarik perhatian dan motivasi belajar siswa?.
Celakanya kehadiran Hp yang memberondong ke
tengah-tengah kehidupan masyarakat membuat sekolah kelimpungan, karena pada
saat yang sama dampak negatif menggandoli dan menyebarkan pengaruhnya bagi
kehidupan siswa. Juga kehadiran teknologi informasi dan komunikasi lewat
internet merupakan suatu kebutuhan yang tak terelakkan untuk menggali sumber
informasi dalam dunia persekolahan kita. Di dalamnya sekolah bisa membangun
jaringan dengan sekolah lain. Siswa bisa mengakses informasi sains yang
dibutuhkan untuk menambah wawasan keilmuannya. Disamping juga hadirnya beberapa
situs pornografi yang tidak layak dikonsumsi anak-anak kita. Namun kita tidak
boleh menghindar dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (internet)
karena adanya situs porno, tetapi kearifan guru atau orangtua dibutuhkan untuk
memberikan arahan dan bimbingan sehingga ketika anak berhadapan dengan internet
tidak terpikir untuk membuka situs porno.
Kehadiran Hp merupakan bagian yang tak terelakkan dalam kehidupan siswa, sehingga perlu disikapi secara arif, supaya tidak menimbulkan kesan bahwa sekolah anti dan tidak mampu mengadaptasi kemajuan teknologi. Pengenalan etika berkomunikasi dengan mempergunakan Hp, merupakan hal yang vital untuk dilakukan. Kapan Hp harus off, dan kapan harus on. Dalam ruang kelas, rapat resmi, atau ketika berada dalam pesawat terbang. Etika semacam ini banyak tidak dikenal siswa, bahkan kadang tanpa rasa bersalah guru menerima telepon atau SMS ketika tengah mengajar di dalam kelas. Jika seperti ini, bagaimana kita bisa memperkenalkan kegunaan teknologi yang benar terhadap siswa, tanpa memberikan contoh dari diri sang guru dan diri kita sendiri. Kita kehilangan teladan, tapi bukan larangan, sekolah butuh kebijakan bukan ancaman.
Kehadiran Hp merupakan bagian yang tak terelakkan dalam kehidupan siswa, sehingga perlu disikapi secara arif, supaya tidak menimbulkan kesan bahwa sekolah anti dan tidak mampu mengadaptasi kemajuan teknologi. Pengenalan etika berkomunikasi dengan mempergunakan Hp, merupakan hal yang vital untuk dilakukan. Kapan Hp harus off, dan kapan harus on. Dalam ruang kelas, rapat resmi, atau ketika berada dalam pesawat terbang. Etika semacam ini banyak tidak dikenal siswa, bahkan kadang tanpa rasa bersalah guru menerima telepon atau SMS ketika tengah mengajar di dalam kelas. Jika seperti ini, bagaimana kita bisa memperkenalkan kegunaan teknologi yang benar terhadap siswa, tanpa memberikan contoh dari diri sang guru dan diri kita sendiri. Kita kehilangan teladan, tapi bukan larangan, sekolah butuh kebijakan bukan ancaman.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia,Jakarta:
Rajawali Pers, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar